Tafsir

Tafsir Surat Al-Mujadalah Ayat 11: Allah Mengangkat Derajat Orang Berilmu

Ahad, 19 Mei 2024 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-Mujadalah Ayat 11: Allah Mengangkat Derajat Orang Berilmu

Ilustrasi ilmu. (Foto: NU Online/Freepik)

Surah Al-Mujadalah [58] ayat 11 menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat dan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan di sini bukan hanya tentang pengetahuan agama, tetapi juga pengetahuan umum yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

 

Lebih lanjut, Allah SWT memberikan jaminan bahwa orang yang beriman dan berilmu akan ditinggikan kedudukannya. Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, ilmu pengetahuan tidak hanya menjadi sarana untuk meningkatkan pengetahuan, tetapi juga sebagai jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 

 

Seorang Muslim yang berilmu akan lebih mampu memahami ajaran agamanya, mempraktikkan ibadah dengan lebih baik, dan berkontribusi positif bagi masyarakat. Mereka juga lebih mampu menjaga kebenaran dan menghindari kesesatan.

 

Simak firman Allah dalam QS Al-Mujadalah [58] ayat 11 berikut ini: 

 

يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

 

yarfa‘illâhulladzîna âmanû mingkum walladzîna ûtul-‘ilma darajât, wallâhu bimâ ta‘malûna khabîr

 

Artinya: “Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

 

Tafsir Al-Misbah

Profesor Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan, ayat di atas turun pada hari Jumat. Suatu hari Jumat, ketika Nabi Muhammad sedang bermajlis di tempat yang sempit, beliau memberikan tempat khusus kepada para sahabat yang berjasa dalam perang Badar. Saat itu, beberapa sahabat tersebut datang dan memberi salam. Nabi pun membalas salam mereka dan para hadirin lainnya. 

 

Namun, tidak ada yang memberi mereka tempat duduk. Para sahabat itu tetap berdiri, sehingga Nabi meminta sahabat lain yang tidak ikut perang Badar untuk pindah agar mereka bisa duduk lebih dekat. Perintah ini membuat sebagian orang yang disuruh pindah merasa tidak enak. Kaum munafik memanfaatkan situasi ini dengan  menyebarkan fitnah bahwa Nabi tidak adil.

 

Mendengar hal itu, Nabi bersabda: "Semoga Allah merahmati orang yang memberi kelapangan bagi saudaranya". Para sahabat beriman mengikuti petunjuk Nabi, dan peristiwa ini diabadikan dalam Al-Quran sebagai penegasan atas perintah dan sabda Nabi tersebut.

 

Sikap yang dilakukan Rasulullah terhadap sahabat-sahabatnya yang memiliki jasa besar itu, dikenal juga dalam pergaulan internasional dewasa ini. Kita mengenal ada yang dinamai peraturan protokoler, di mana penyandang kedudukan terhormat memiliki tempat-tempat terhormat di samping kepala negara, karena memang seperti penegasan Al-Qur’an bahwa:

 

لَا يَسْتَوِيْ مِنْكُمْ مَّنْ اَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَۗ اُولٰۤىِٕكَ اَعْظَمُ دَرَجَةً مِّنَ الَّذِيْنَ اَنْفَقُوْا مِنْۢ بَعْدُ وَقَاتَلُوْاۗ وَكُلًّا وَّعَدَ اللّٰهُ الْحُسْنٰىۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ࣖ

 

Artinya: “Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Makkah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang setelah itu. Allah menjanjikan (balasan) yang baik kepada mereka masing-masing. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hadid [57] ayat 10).

 

Meskipun ayat tersebut tidak secara langsung menyatakan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang berilmu, ayat tersebut menegaskan bahwa mereka memiliki derajat yang lebih tinggi daripada orang yang hanya beriman saja. Hal ini karena pengetahuan yang mereka miliki memainkan peran penting dalam mencapai ketinggian derajat tersebut, bukan hanya faktor lain di luar pengetahuan.

 

Ayat yang menyatakan "وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ" menunjukkan bahwa mereka yang diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan memperkaya diri dengan pengetahuan. Ini berarti bahwa ayat tersebut membagi kaum beriman menjadi dua kelompok: Pertama, kelompok pertama hanya beriman dan beramal saleh. Kedua, kelompok beriman, beramal saleh, dan memiliki pengetahuan. 

 

Sejatinya, derajat kelompok kedua lebih tinggi bukan hanya karena nilai ilmu yang mereka miliki, tetapi juga karena amal mereka dan penyebaran ilmu tersebut kepada orang lain, baik melalui ucapan, tulisan, maupun contoh yang mereka berikan.

 

Ilmu yang dimaksud oleh ayat di atas bukan saja ilmu agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dalam Surat Fathir [35] ayat 27-28 Allah menguraikan sekian banyak makhluk Ilahi, dan fenomena alam,  lalu ayat tersebut ditutup dengan menyatakan bahwa: “Yang takut dan kagum kepada Allah dari hamba-hamba-Nya hanyalah ulama”. 

 

اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۚ فَاَخْرَجْنَا بِهٖ ثَمَرٰتٍ مُّخْتَلِفًا اَلْوَانُهَا ۗوَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ ۢبِيْضٌ وَّحُمْرٌ مُّخْتَلِفٌ اَلْوَانُهَا وَغَرَابِيْبُ سُوْدٌ [27] وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَاۤبِّ وَالْاَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهٗ كَذٰلِكَۗ اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ [28

 

Artinya: "Tidakkah engkau melihat bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, lalu dengan (air) itu Kami mengeluarkan hasil tanaman yang beraneka macam warnanya. Di antara gunung-gunung itu ada bergaris-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.  [27]. (Demikian pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

 

Ini menunjukkan bahwa ilmu dalam pandangan Al-Qur’an bukan hanya ilmu agama. Di sisi lain itu juga menunjukkan bahwa ilmu haruslah menghasilkan khasyyah yakni rasa takut dan kagum kepada Allah, yang pada gilirannya mendorong yang berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya untuk kepentingan makhluk. [Profesor Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, [Ciputat: Lentera Hati, 2002], Jilid XIV, halaman 78-79].

 

Tafsir Al-Munir

Menurut penjelasan  Syekh Wahbah Zuhaili dalam kitab Tafsir Al-Munir, Allah SWT memberikan penghargaan kepada orang-orang yang beriman, baik di dunia maupun di akhirat, dengan meningkatkan pahala mereka. 

 

Secara khusus, Allah SWT juga meninggikan kedudukan para ulama [orang yang berilmu luas] dengan memberikan mereka kehormatan dan kemuliaan yang tinggi di dunia serta pahala yang besar di akhirat. Orang yang menggabungkan iman dengan ilmu akan mendapatkan keistimewaan tersebut. Allah SWT akan meningkatkan kedudukan mereka karena keimanan dan pengetahuan yang mereka miliki. 

 

Ini termasuk di dalamnya penghormatan di hadapan majelis-majelis ilmiah. Allah SWT mengetahui dengan pasti siapa yang layak menerima penghargaan tersebut dan siapa yang tidak. Dia melihat dan mengetahui segala hal mengenai hamba-Nya, termasuk perilaku, niat, dan isi hati mereka, dan Dia akan membalas setiap amal perbuatan baik atau buruk yang mereka lakukan.

 

Adapun maksud ayat [ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ]  menunjukkan bahwa kemuliaan di sisi Allah SWT adalah dengan ilmu dan iman, bukan dengan lebih dulu menempati tempat duduk terdepan. Pertama-tama, Allah SWT meluhurkan seorang Mukmin dengan keimanannya, kemudian dengan ilmunya.

 

Terdapat banyak hadits yang menjelaskan keutamaan ulama. Di antaranya adalah hadits yang telah disebutkan sebelumnya yang diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dari Mu'adz. (hadits ini adalah dhaif),

 

 فضل العالم على العابد كفضل القمر ليلة البدر على سائر الكواكب

 

Artinya: “Kelebihan dan keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah adalah seperti kelebihan dan keutamaan rembulan pada malam purnama atas segenap bintang-bintang.”

 

Di antaranya lagi adalah sebuah hadits hasan yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Utsman bin Affan, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda:

 

يشفع يوم القيامة ثلاثة: الأنبياء، ثم العلماء، ثم الشهداء 

 

Artinya: “Ada tiga golongan orang yang memberi syafa'at, yaitu para nabi, kemudian ulama, kemudian syuhada.”

 

Tafsir Qurthubi

Sementara itu, Syekh Syamsuddin Al-Qurthubi dalam Tafsir Al-Jami' Li Ahkami Al-Qur’an, menjelaskan, ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan di dunia dan di akhirat. 

 

Orang-orang yang beriman adalah mereka yang meyakini Allah SWT dan rasul-Nya dengan sepenuh hati, serta mengamalkan ajaran-Nya. Orang-orang yang berilmu pengetahuan adalah mereka yang mempelajari ilmu agama dan ilmu pengetahuan lainnya dengan tujuan untuk memahami kebenaran dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

 

Derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan tidak sama. Allah SWT akan meninggikan derajat mereka dengan tingkatan yang berbeda-beda sesuai dengan keimanan dan ilmu pengetahuan mereka. Semakin kuat keimanan dan semakin luas ilmu pengetahuan seseorang, maka semakin tinggi pula derajatnya di sisi Allah SWT.

 

 يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاتٍ) أَيْ فِي الثَّوَابِ فِي الْآخِرَةِ وَفِي الْكَرَامَةِ فِي الدُّنْيَا، فَيَرْفَعُ الْمُؤْمِنَ عَلَى مَنْ لَيْسَ بِمُؤْمِنٍ وَالْعَالِمَ عَلَى مَنْ لَيْسَ بِعَالِمٍ 

 

Artinya: "(Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan). Maksudnya, meninggikan derajat mereka dalam pahala di akhirat dan dalam kemuliaan di dunia. Jadi, Allah meninggikan derajat orang yang beriman di atas orang yang tidak beriman dan orang yang berilmu di atas orang yang tidak berilmu." (Syamsuddin Al-Qurthubi, Tafsir Al-Jami' Li Ahkami Al-Qur’an, [Kairo: darul Kutub Mishriyah, 1964], Jilid XVII, halaman 299).

 

Pada sisi lain, berdasarkan riwayat Imam Malik, ayat ini memicu berbagai penafsiran, ia menjelaskan bahwa ayat tersebut merujuk pada dua golongan:

 

Pertama, mereka yang memiliki ilmu pengetahuan. Ilmu yang dimaksud bukan hanya pengetahuan agama, tetapi juga ilmu umum yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan mendalam, serta mampu menggunakannya dengan bijak, akan mendapatkan kehormatan dan kemuliaan di sisi Allah SWT.

 

Kedua, mereka yang senantiasa mencari kebenaran. Golongan ini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan selalu berusaha untuk memahami kebenaran dalam segala hal. Mereka tidak mudah puas dengan informasi yang dangkal, dan selalu mencari jawaban yang lebih mendalam. Upaya mereka dalam mencari kebenaran ini akan dihargai oleh Allah SWT dengan memberikan mereka derajat yang tinggi.

 

وَقَالَ يَحْيَى بْنُ يَحْيَى عَنْ مَالِكٍ: (يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ) الصَّحَابَةُ (وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاتٍ) يَرْفَعُ الله بها العالم والطالب للحق

 

Artinya: “Yahya bin Yahya meriwayatkan dari Malik: (Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu) yaitu para sahabat. (Dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat), Allah meninggikan dengannya orang yang berilmu dan pencari kebenaran.”

 

Dengan demikian, penafsiran Imam Malik ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dan pencarian kebenaran merupakan dua hal yang saling terkait dan sama-sama penting. Orang yang memiliki kedua kualitas ini akan mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat.

 

Tafsir Imam Badhawi

Imam Baidhawi dalam kitab Tafsir Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil menjelaskan, Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara mereka dengan memberikan kemenangan dan nama yang baik di dunia, serta tempat yang terhormat di surga di akhirat. Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT memberikan penghargaan yang besar kepada orang-orang yang beriman atas keimanan dan ketaatan mereka.

 

Lebih jauh lagi, Allah SWT juga meninggikan derajat orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan. Para ulama dan ilmuwan secara khusus mendapatkan derajat yang lebih tinggi karena mereka menggabungkan ilmu pengetahuan dengan amal perbuatan. Hal ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan yang tinggi harus diiringi dengan amal perbuatan agar mendapatkan pahala yang lebih besar.

 

Oleh karena itu, para ulama dan ilmuwan menjadi teladan bagi orang lain dalam hal perbuatan mereka. Orang-orang tidak boleh meniru orang lain yang tidak memiliki ilmu pengetahuan dan amal perbuatan yang baik. Para ulama dan ilmuwan menjadi contoh yang ideal untuk diikuti karena mereka memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan selalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

 

 يرفع الله الذين آمنوا منكم بالنصر وحسن الذكر في الدنيا، وإيوائهم غرف الجنان في الآخرة. والذين أوتوا العلم درجات ويرفع العلماء منهم خاصة درجات بما جمعوا من العلم والعمل، فإن العلم مع علو درجته يقتضي العمل المقرون به مزيد رفعة، ولذلك يقتدى بالعالم في أفعاله ولا يقتدى بغيره.

 

Artinya: “Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dengan kemenangan dan pujian yang baik di dunia, dan menempatkan mereka di kamar-kamar surga di akhirat. Dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan akan ditinggikan derajatnya, dan Allah akan meninggikan derajat para ulama di antara mereka secara khusus dengan apa yang mereka kumpulkan dari ilmu dan amal. Karena ilmu pengetahuan dengan ketinggian derajatnya menuntut amal yang menyertainya untuk semakin meninggikan derajatnya. Oleh karena itu, orang yang berilmu diteladani dalam perbuatannya dan tidak diteladani orang lain.” [Imam Baidhawi, Tafsir Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil, [Beirut: Darul Ihya Turats al-'Arabi, tt], Jilid V, halaman 195].

 

Dengan memahami makna dari ayat ini, kita sebagai umat Muslim diharapkan untuk senantiasa mencari ilmu dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita dapat menjadi hamba Allah yang lebih baik dan mendapatkan keberkahan dari-Nya di dunia dan di akhirat. Semoga kita semua dapat menjadi orang-orang yang beriman dan berilmu, dan mendapatkan keberkahan serta kebaikan dari Allah SWT.

 

Ustadz Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Islam Tinggal di Ciputat.